Minggu, 23 Maret 2014

Mozaik

Melukis atau menggambar kerupakan suatu karya yang dapat dibuat dengan menggunakan berbagai teknik yang dapat memperindah hasilnya. Berbagai teknik yang digunakan akan menghasilkan kesan yang berbeda pada gambar. Dari sekian banyak teknik yang ada, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik mozaik.
Mozaik merupakan teknik melukis atau menggambar dengan cara memanfaatkan bentuk-bentuk geometris tertentu sebagai pengganti bahan pewarna. Pada zaman dahulu, yang digunakan membuat mozaik adalah keramik dan kaca warna. Rumah adat zaman dahulu banyak menggunakan mozaik yang dijadikan cat dinding rumahnya agar rumah mereka terlihat lebih gagah dan lebih megah.
Dalam menggambar mozaik sederhana kita memerlukan bahan-bahan seperti, kertas gambar, lem, dan potongan kertas bekas. Kertas bekas yang dimaksud bisa jadi koran atau majalah yang sudah tidak terpakai lagi. Kertas-kertas tersebut digunting kecil-kecil yang nantinya berfungsi sebagai pengganti warna untuk pola yang dibuat nantinya pada kertas gambar. Perlu diperhatikan bahwa dalam menaruh atau menyimpan potongan kertas tersebut, usahakan terpisah antara warna yang satu dengan warna yang lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar warna-warna tersebut tidak tercampur, sehingga tidak menyulitkan kita memilih-milih kembali warna pada saat proses pembuatan gambar dan dapat menghemat waktu pembuatan.
Selain menggunakan kertas, bahan lain yang dapat digunakan untuk bahan membuat mozaik adalah dengan menggunakan kacang-kacangan, dedaunan kering (biasanya daun pisang), dan yang lain sebagainya. Namun, jika kita menggunakan bahan kacang-kacangan kendalanya adalah kacang yang digunakan akan cepat busuk dan dicari rayap jika tidak dirawat dengan baik. Sehingga diperlukan perawatan atau suatu upaya pengamanan agar rayap tidak memakan kacang yaitu dengan cara melapisinya dengan pilok bening dan yang sejenis dengan alat tersebut.
Menggambar dengan teknik mozaik ini membutuhkan dua hal penting, yaitu kesabaran dan ketelitian. Dalam proses pembuatannya diperlukan kesabaran yang tinggi, karena proses penempelannya akan berlangsung lama. Selain itu diperlukan pula ketelitian dalam pembuatannya, karena jika tidak teliti akan bisa merusak bentuk pola yang sudah dibuat sebelumnya dan juga gambar tidak akan terlihat bagus dan rapi.
Proses menggambar menggunakan teknik mozaik adalah terlebih dahulu memotong kertas bekas yang akan digunakan. Setelah itu siapkan kertas gambar beserta perangkatnya untuk memulai pembuatan pola gambar. Setelah alatnya siap, lukislah pola gambar yang ingin dibuat apakah itu gambar objek, pemandangan, dan lain sebagainya. Setelah pola selesai dibuat, maka proses menempel pun dimulai. Tempelkan potongan kertas pada pola dan latarbelakangnya secara rapi. Usahakan agar warna gambar objek yang dibuat lebih tampak daripada latas belakangnya. Pemilihan warna harus disesuaikan. Untuk lem yang digunakan usahakan lem yang agal kental agar mudah kering.
Coba di rumah ya....



By: Ni Putu Suryanita SP.

Jumat, 14 Maret 2014

Pengaruh Komik terhadap Gambar Karya Anak-anak SD




Komik merupakan bahan bacaan yang sangat popular di kalangan anak-anak.  Crayon Shin-Chan, Conan, Doraemon, Pikachu, Donald Duck, Mickey Mouse, Obelix, Asterix, Tintin, adalah beberapa tokoh cerita komik yang sangat dikenal oleh anak-anak kota besar di Indonesia. Semua nama tokoh cerita asing itu begitu melekat dalam ingatan anak-anak. Kini, anak-anak di kota kecilpun telah mulai banyak tahu tentang tokoh-tokoh cerita asing tersebut. Mereka mendapatkan pengetahuan tentangnya dari media massa, terutama dari televisi yang menayangkan film animasi cerita komik dimaksud. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka sangat memudahkan anak-anak untuk dapat mengetahui komik-komik buatan luar negeri ini.
Tahun 1951-an, Poerwadarmita penyusun Logat Ketjil Bahasa Indonesia, belum memasukkan istilah komik dalam kamus yang disusunnya. Bisa diperkirakan bahwa peristilahan tadi masih dianggap asing. Dalam kamus yang disusun lebih kini, istilah komik tersebut sudah umum dikenal. Misalnya, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) akan kita temukan pengertian komik sebagai "bacaan bergambar, cerita bergambar (dl majalah, surat kabar atau berbentuk buku)"
Istilah komik berasal dari bahasa Inggris (Amerika?) comic, yang berarti cerita atau buku komik; yang bersifat gembira (Echols dan Shadily, 1990: 129), cerita bergambar yang lucu (Wojowasito, 1985: 75). McCloud (2001) dalam buku Understanding Comics yang unik, karena disusun dalam gaya penceritaan buku komik, memaparkan tentang komik secara lebih lengkap. Disebutkan, bahwa pengertian komik: "Gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (jukstaposisi =  berdekatan,bersebelahan) dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya" (McCloud, 2001: 9).
Perkembangan pengadaan maupun pembuatan buku komik di Indonesia tampaknya tidak sama dengan yang terjadi di Amerika, Eropa, ataupun Jepang. Tahun 1960 s.d. 1970-an tercatat sebagai masa jayanya para pekomik Indonesia. Namun, keberadaan komik Indonesia memang tidak pernah tetap.

Adanya komik dengan cerita yang beragam  dapat berdampak pada gambar karya anak-anak. Pada tahapan tertentu anak-anak usia sekolah dasar menggambar dengan cara meniru. Mereka ingin menguasai cara menggambar objek secara mirip. Dalam beberapa hasil observasi di lapangan, anak usia 5-9 tahun, suka meniru gambar dalam buku bacaan, gambar buatan temannya, atau juga gambar tokoh-tokoh cerita yang sangat disukainya. Anak-anak tertentu yang memiliki pembawaan khusus, pada usia 2,8 tahun sudah bisa meniru gambar tokoh cerita yang sangat disukainya. Anak-anak sekolah dasar masih belum bisa berpikir abstrak sehingga dalam hal menggambar atau yang lainnya, memerlukan suatu contoh yang kongkrit untuk dapat melaksanakan pembelajarannya.
Hampir seluruh anak-anak sekolah dasar senang meniru gambar atau karakter tokoh komik kesukaannya. Namun, kesenangan meniru gambar tokoh cerita kesukaan, terkadang dihambat oleh perkembangan nalar anak yang semakin realis. Artinya, dalam proses meniru, anak-anak berpikir keras agar hasil karyanya bisa sama bagusnya dengan tokoh yang ada dalam komik, sehingga anak tidak bisa berekspresi dengan bebas. Pertimbangan mirip dan tidak mirip mulai muncul menjadi penghambat tingkat ekspresivitas anak dalam menggambar. Beberapa anak yang kurang percaya diri mulai suka menghapus gambar karyanya. Hal tersebut dilakukan agar anak bisa memdapat gambar yang persis sama.
Irama perkembangan masing-masing anak tidak ada sama persis. Meskipun demikian, hal yang sangat mengejutkan tampak pada gambar buatan anak-anak yang menjadi objek penelitian ini. Anak laki-laki maupun perempuan telah sangat terpengaruh oleh adanya tokoh-tokoh komik, terutama komik Jepang. Hal itu jelas tampak dalam gambar buatan mereka. Jika anak tidak ingin berespresi banyak dalam menggambar, gambar yang dibuat akan secara khusus tentang tokoh komik semata. Akan tetapi, banyak pula anak-anak sekolah dasar yang senang menggabungkan gambar pemandangan alam Indonesia dengan tokoh-tokoh komik di dalamnya.
Paduan antara gambar tokoh-tokoh komik dengan gambar pemandangan alam biasanya menjadi favorit bagi anak-anak sekolah dasar. Anak biasanya memiliki imajinasi yang cukup baik, sehingga dapat memadukan antara tokoh komik dengan pemandangan. Misalnya, anak menggambar tokoh Doraemon yang terbang di atas gunung, Donald Duck yang bermain di halaman rumah, dan lain sebagainya.
Pada saat ini banyak pemerhati komik yang bermunculan. Salah satu di antaranya, yang giat melakukan seminar dan penelitian tentang pengaruh komik terhadap anak-anak di Indonesia, adalah Pusat Kajian Komik Indonesia (PKKI) pada Program Pascasarjana Program Studi  Kajian Wanita, Universitas Indonesia. Mereka meneliti tentang daya tarik komik Jepang bagi anak-anak di kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Mereka melakukan kegiatan-kegiatan pemerhatian terhadap komik, berangkat dari kepedulian mereka tentang kondisi realistis anak-anak terkait dengan komik sebagai sumber pengaruh dalam pembelajaran anak. Dengan demikian, diharapkan komik yang beredar mampu untuk mengimbangi perkembangan pemikiran anak-anak.
Banyak hal-hal yang tidak baik yang dilakukan anak yang meniru perbuatan atau karakter dari tokoh yang sukainya. Contohnya saja, peristiwa buruk yang terjadi antara tahun 1995-1996. Seorang murid menusuk gurunya. Peristiwa itu diduga sebagai pengaruh film kartun Neon Genesis Evangelion yang yang tengah naik daun saat itu. Di dalamnya memang ada adegan salah satu Eva menusuk lawan dengan senjata serupa pisau cutter. Agar hal tersebut tidak terjadi lagi, maka perlu disikapi dengan bijaksana. Misalnya dengan melakukan penyaringan terhadap isi komik anak-anak sehingga tidak ada lagi adegan-adegan yang berbahaya yang mungkin ditiru oleh anak-anak sebagai pembacanya.
Di Indonesia belum tercatat kasus yang menggemparkan seperti itu akibat pengaruh komik, hal ini terkait dengan masih rendahnya minat baca masyarakat kita. Minat baca yang kurang memang mengurangi resiko terpengaruh oleh hal-hal negatif pada komik, namun hal tersebut membuat Negara Indonesia tidak pernah maju seperti Negara-negara lainnya. Namun kini, setelah komik-komik asing dimunculkan lengkap dengan film animasi cerita yang sama di televisi, video game, play station, video compact disk (VCD), dan personal computer game, minat pembaca muda Indonesia tampaknya mulai bangkit. Akibat langsung dari film animasi dan lebih khusus komik bisa tampak dari kesukaan siswa sekolah dasar mengoleksi buku komik dan meniru-niru bentuk tokoh kesayangan mereka dalam bentuk gambar. Sejumlah orang tua berada pun telah mulai menyediakan fasilitas VCD driver dan mengoleksi aneka VCD berisi cerita animasi untuk anak-anaknya. Semua perangkat hiburan yang tergolong mewah tersebut telah nyata dimiliki oleh masyarakat Indonesia, tanpa banyak kesulitan untuk mendapatkannya. Apalagi pada saat ini keadaan ekonomi Indonesia sudah mulai membaik tidak sulit lagi untuk mendapatkan perangkat-perangkat tersebut. Dengan demikian, perangkat tersebut bisa sangat membantu pambelajaran anak.
Pada dasarnya, anak-anak sekolah dasar masa kini sangat tertarik oleh aneka cerita komik buatan seniman asing, terutama buatan seniman Jepang. Doraemon, Pokemon, Digimon, Dragon Ball, dan jenis cerita komik lainnya, telah begitu mengakar dalam ingatan anak-anak. Ketika anak-anak membuat gambar sebagai tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, atau pun ketika menggambar suka hati di rumah, tokoh-tokoh cerita komik banyak muncul sebagai objek gambar kesukaan mereka. Oleh karena itu, komik sebagai karya seni rupa dan sastra, dalam batas tertentu bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Kesukaan anak-anak terhadap cerita komik, pada satu sisi yang baik, bisa  dimanfaatkan dalam mengolah materi ajar bagai anak SD dalam bentuk komik juga. 
Dengan kesukaan anak-anak sekolah dasar terhadap komik, maka dalam proses pembelajaran dapat memanfaatkan media komik agar pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan. Kesenangan tersebut akan berpengaruh positif terhadap hasil karya yang dihasilkan nantinya. Dengan demikian, diharapkan para calon guru sekolah dasar harus bisa mengidentifikasi dan memahami apa kesukaan para siswanya, sehingga nantinya mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan yang diinginkan oleh siswa.

Batik Sederhana

Bagi warga Indonesia, kata batik sudah bukan lagi kata yang asing. Bahkan kata batik sudah menjadi makanan sehari-hari. Apalagi sekarang penggunaan kain batik bagi pegawai negeri sipil sudah mulai digalakkan. Batik merupakan kain dari Indonesia yang memiliki corak yang khas yang membedakannya dengan jenis kain yang lainnya. Pengalakan penggunaan kain batik saat ini bertujuan  agar kain batik Indonesia tidak punah dan tidak diklaim oleh negara lain.
Jenis batik ada yang polanya rumit dan pembuatannya susah dan ada pula batik sederhana. Dalam proses pembuatan batik sederhana terdapat prinsip-prinsip yang harus ada yaitu pewarna, perintang, dan media (kertas atau kain). Pewarna yang dapat digunakan dalam membuat batik sederhana sangat beragam, mulai dari cat air, cat minyak, spidol, dan lain sebagainya sampai dengan pewarna yang alami sekaligus bisa digunakan. Dalam penggunaannya, pewarna tersebut dapat digunakan dengan cara dipoleskan atau dicelupkan pada media yang digunakan.
Perintang adalah dasar pembentuk pola pada kertas atau kain yang digunakan sebagai media. Fungsi perintang adalah untuk menghalangi cat untuk mengenai bagian-bagian tertentu dari media tang digunakan, sehingga bagian yang terhalang akan membentuk pola batik yang sederhana. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai perintang dalam pembuatan batik sederhana adalah crayon atau lilin. Mengapa bahan tersebut yang dipilih? Karena lilin atau crayon tidak bisa larut/bersenyawa dengan air, sehingga suatu media ditempeli lilin/crayon dan dicelupkan pada pewarna maka bagian yang tertutup lilin/crayon tidak akan dimasuki oleh warna sehingga pola lilin yang dibuat akan terlihat pada batik yang dibuat.
Media yang biasa digunakan dalam pembuatan batik sederhana adalah kertas gambar dan kain. Penggunaannya bergantung dari hasil yang diinginkan dan proses pembuatannya. Jika dalam proses pembuatannya menggunakan proses pencelupan, maka lebih baik menggunakan media kain agar tidak mudah hancur. Karena jika kita menggunakan kertas dan pencelupannya berlangsung lama, maka kertas yang digunakan akan hancur lebih dulu sebelum batik yang dibuat berhasil selesai dengan baik.
Pada saat ini, dalam pembelajaran tematik (mengacu pada Kurikulum 2013) pembelajaran seni rupa sudah bisa digabungkan dengan pembelajaran mata pelajaran lainnya seperti IPA dan Bahasa Indonesia. Dalam pembuatan batik sederhana, kita dapat mengajarkan seni rupa berupa kegiatan melukis atau membuat batik. Pembelajaran IPA materi yang disinggung adalah menjelaskan bahwa lilin tidak bisa bersenyawa dengan air. Sedangkan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dapat melatih siswa untuk dapat menceritakan mengenai materi atau hasil lukisan yang sudah dibuat sebelumnya. Agar semuanya bisa berjalan dengan lancar, maka dalam pembelajaran tematik seperti sekarang ini semuanya harus direncanakan dan dirancang secara matang agar materi pengajaran tidak melenceng dari tema yang telah ditetapkan.
Dalam pembuatan batik sederhana menggunakan lilin/crayon, memerlukan langkah-langkah yang sederhana. Pertama, buat pola yang diinginkan dengan menggunakan lilin/crayon pada media yang digunakan. Setelah pola selesai dibuat, maka cairkanlah cat air yang akan digunakan sebagai latar atau dasar dari batik yang dibuat. Usahakan warna yang digunakanadalah warna-warna yang terang dan kontras dengan warna pola agar pola tidak terkesan tenggelam. Kemudian tunggu hingga cat airnya kering. 


Mudah kan.. selamat mencoba yaaa.....

By: Ni Putu Suryanita SP.

Rabu, 05 Maret 2014

Teori Umum Seni Rupa



Seni rupa adalah suatu karya yang diciptakan berdasarkan karsa dan rasa manusia yang memiliki bentuk atau rupa. Dalam seni rupa terdalam bebetapa teori yang mengkaji mengenai seni rupa. Salah satu dari teori itu adalah teori Seni Rupa Barat.
Dalam teori seni rupa barat, berdasarkan perbedaan pelaku atau kelas sosial pelakunaya, seni dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu seni murni dan seni terapan. Dalam teori tersebut seni murni adalah seni yang dihasilkan oleh para pekota atau orang kota yang memiliki pendidikan lebih. Sedangkan seni terapan adalah seni yang dihasilkan oleh para pedesa atau orang desa yang yang notabene tidak memiliki pendidikan yang tinggi.
Dalam berkarya seni, biasanya orang kota sering menyebut dirinya seniman/artist, sedangkan menyebut orang desa sebagai artisan, perajin, tukang, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya, istilah seniman berlaku untuk siapa saja, baik yang orang kota maupun orang desa. Namun banyak orang kota yang merasa gengsi bila disamakan dengan orang kota. Padahal tidak sedikit orang kota yang bekarya membuat kerajinan tangan, namun ia tidak mau menganggap dirinya perajin karena kedengarannya seperti orang desa. Dari hal tersebut, maka muncullah kata desainer atau pendesain yang sebenarnya memiliki makna yang sama dengan perajin.
Menurut teori seni rupa barat ini, seni murni dikatakan hanya ditujukan untuk keperluan estetis saja tidak mementingkan kepentingan ekomomis. Sedangkan seni terapan dikatakan ditujukan untuk keperluan alat-alat fungsional dan juga mementingkan kepentingan ekonomis. Berikut adalah contoh penggolongan seni murni dan seni terapan.
Seni Murni
Seni Terapan
-          Seni Lukis
-          Seni Patung
-          Seni Arsitektur
-          Seni Pahat
-          Seni Grafiti
-          Seni Dekorasi
-          Seni Grafis
-          Seni Fotografi
-          Seni Ukir
-          Seni Tenun
-          Seni Bangun
-          Seni Kriya (bahan: logam, kayu, kaca, feber, plastik, batuan, keramik, tanah liat, batik, dan tekstil)
-          Seni Batik
-          Seni Reklame
-          Seni Pahat
-          Seni Grafis
-          Seni Fotografi
-          Seni Ukir

Dalam teori ada pemisah atau perbedaan antara seni murni dan seni terapan. Namun pada kenyataannya sekarang, sulit untuk membedakan mana yang seni murni dan mana yang seni terapan, karena dari pengklasifikasian di atas ada seni murni yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomis dan dijual demi mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Seperti di Bali sekarang ini. Orang-orang banyak yang melukis, mematung, memahat, dan lain sebagainya untuk dijual kepada wisatawan-wisatawan yang datang ke Bali.
Memang sering terjadi ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Adanya teori adalah untuk mengenalkan kita terhadap apa yang dulu pernah ada dan kemungkinan apa yang dulu pernah diinginkan oleh orang-orang yang berteori tersebut. Namun di kenyataannya sekarang kita sangat sulit untuk mengelompokkan seni berdasarkan teori di atas. Sehingga muncullah pertanyaan masih berlakukah teori tersebut??? Jawabannya adalah bergantung bagaimana kita menyikapi seni tersebut dan disesuaikan dengan tuntutan zaman yang ada.

By: Ni Putu Suryanita SP.

Semangat Pasti Bisa!




Dalam kehidupan manusia selalu ingin mengekspresikan dirinya dalam berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang disenangi orang-orang adalah melukis. Pada awalnya, kegiatan melukis dilakukan untuk mengisi waktu luang ataupun hanya sekedar sebagai kesenangan semata. Dalam suatu lukisan akan terasa kurang jika lukisan tersebut tidak memiliki warna atau warnanya hanya hitam putih saja. Lukisan seperti itu sering dianggap kurang hidup.
Dengan laterbelakang yang demikian, maka mulailah suatu lukisan diberikan pewarnaan agar terlihat lebih cantik, lebih indah, dan lebih hidup. Beragam jenis pewarna dapat digunaman dalam menghias lukisan baik yang berbentuk cair atau padat dan yang alami maupun buatan. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah cat air.
Cat air, seperti namanya sudah terlintas bahwa terdapat peranan air dalam penggunaan cat air ini. Ya itu memang benar. Dalam penggunaan cat ini memang harus ditambahkan dengan air secukupnya sesuai dengan yang dibutuhkan. Cat ini sangat mudah larut dalam air. Hanya dengan diaduk menggunakan kuas saja sudah dapat tercampur dengan air dan sudah siap untuk ditorehkan di atas kertas gambar atau kanvas. Selain, itu cat air juga bersifat transparan atau sering disebut bisa tembus pandang, sehingga terjadi penumpukan dua warna/lebih yang berbeda, maka akan menghasilkan warna yang baru yang berbeda dengan warna sebelumnya. Namun perlu diperhatikan dalam proses penumpukan tersebut cat dasarnya atau cat yang sudah dipoleh tebih dahulu harus sudah dalam keadaan kering sebelum ditumpuk dengan warna lainnya.
Cat air memiliki berbagai macam warna. Biasanya dalam satu set terdapat 12 warna yang berbeda. Kualitas dari cat air biasanya berbeda-beda antara satu merk dengan merk yang lainnya. Hal yang perlu dan sangat penting untuk diperhatikan adalah hati-hati dalam membeli cat air. Cara mengantisipasi mendapatkan cat yang sudah rusak/ beku, caranya adalah dengan memencet cat air tersebut. Jika terasa keras maka cat tersebut sudah rusak/beku akibat stok lama atau salah dalam penyimpanan. Hal tersebut mengakibatkan cat itu menggumpal dan tidak bisa digunakan lagi untuk melukis.
Dari tadi membicarakan mengenai cat air, belum lengkap rasanya jika belum membicarakan pengalaman pribadi tentang penggunaan cat air. Pengalaman pertama saya menggunakan cat air adalah saat saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disana saya hanya diajarkan untuk menggabungkan atau mencampurkan warna-warna dasar agar dapat menghasilkan warna-warna yang berbeda yang baru. Setelah lama kemudian saya bertemu kembali dengan cat air adalah pada saat saya kuliah semester 4.
Semula saya bingung dengan apa yang harus saya gambar dan apa yang harus saya lakukan dengan menggunakan cat air tersebut. Apalagi pada saat itu saya dan teman-teman disuruh melukis menyesuaikan dengan nada lagu yang dinyanyikan oleh salah seorang teman saya. Namun diakhir pelajaran saya baru tahu kalau sebenarnya kami disuruh menggambar bebas dan rileks dengan mendengarkan lagu yang dinyanyikan.
Pada saat itu akhirnya saya menggambar sesuatu yang bentuknya tidak jelas. Karena saya merasa prustasi dengan apa yang saya hasilkan, akhirnya saya hanya membuat titik-titik semabarang yang lama-kelamaan terlihat seperti membentuk pola. Walau tidak bagus namun sudah bisa mengingatkan saya tentang bagaimana cara menggunakan can air. 

Saya berpikir bahwa dengan sering latihan suatu hari nanti hasilnya asti bagus. Semangat! Pasti bisa kok..Kamu coba juga ya..

By: Ni Putu Suryanita SP.